This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 21 Mei 2015

proses morfologi reduplikasi atau bentuk pengulangan dalam bahasa indonesia



Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berasal dari bahasa Melayu. Namun, bahasa Indonesia sudah mengalami perkembangan. Perkembangan bahasa Indonesia tersebut dipengaruhi banyak faktor, diantaranya adalah penyerapan bentuk asing di laur bahasa Indonesia, baik dalam kata maupun dalam bentuk struktur pembentuk dan perkembangan struktur bentuk itu berkenaan dengan pemakaian bahasa.
Salah satu bentuk yang struktur yang mengalami perkembangan dalam hal perkembangan struktur bentuk adalah bentuk reduplikasi atau kata ulang. Reduplikasi atau bentuk pengulangan dalam bahasa Indonesia terjadi baik pada tataran fonologis, morfologis, maupun dalam tataran sintaksis.
Reduplikasi tersebut sering digunakan oleh masyarakat. Namun, mereka belum mengetahui konsep dari pengulangan yang mereka gunakan. Bahkan penggunaan reduplikasi dalam bahasa Indonesia masih mengalami kesalahan dan tidak sesuai dengan cara pengulangan yang terdapat dalam kajian morfologi bahasa indonesia.
Dari uraian di atas, makalah  ini dibuat untuk menginformasikan kepada mahasiswa Universitas Jember  khususnya mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tentang bagaimana proses reduplikasi. Sehingga makalah ini berjudul ” Reduplikasi dalam Bahasa Indonesia”.

Dalam makalah ini, beberapa yang akan dabahas adalah sebagai berikut.
  1. Apa yang dimaksud reduplikasi?
  2. Bagaimana pembagian reduplikasi atau proses pengulangan?
  3. Bagaimana menentukan bentuk dasar kata ulang?
  4. Apa saja macam-macam cara pengulangan?
  5. Apa makna dalam proses pengulangan?

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
  1. Untuk mengetahui pengertian reduplikasi;
  2. Untuk mengetahui pembagian reduplikasi atau proses pengulangan;
  3. Untuk mengetahui cara menentukan bentuk dasar kata ulang;
  4. Untuk mengetahui macam-macam cara pengulangan;
  5. Untuk mengetahui makna dalam proses pengulangan.

Manfaat penulisan makalah ini adalah memberikan informasi  kepada mahasiswa Universitas Jember khususnya mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tentang reduplikasi dalam bahasa indonesia.


PEMBAHASAN

Pengertian Reduplikasi
Menurut M.Ramlan (1983:55), proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Soedjito (1995:109) berpendapat bahwa pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Sedangkan menurut Masnur Muslich (1990:48), proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak.

Pembagian Reduplikasi Atau Proses Pengulangan
Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu, meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis dan masalah semantik.
1.    Reduplikasi fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti:
1)      Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut 'bukan' berasal dari ku, da, pi, cin, dan si.  Jadi , bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2)      Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, 'bentuk' dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Dalam bahasa Indonesia kini tidak ada akar foya, tubi, sema, anai, dan ani.
3)      Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde, dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
4)      Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir, dan teka-teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu (Lihat Alisyahbana, 1953).
2.    Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’. Contoh:
-         suaminya benar benar jantan.
-         jangan jangan kau dekati pemuda itu.
-         jauh jauh sekali negeri yang akan kita datangi
Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut:
-         jangan kau dekati pemuda itu, jangan.
-         panas memang panas rasa hatiku.
-         benar suaminya benar jantan.
Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang (pronomina  persona) seperti:
-         yang tidak datang ternyata dia dia juga.
-         mereka mereka memang sengaja tidak diundang.
-         kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau.
Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu. Contoh:
-         besok-besok kamu boleh datang kesini.
-         dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang.
-         hari-hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk.
3.    Reduplikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama, cerdik cendekia. Kita lihat ilmu  dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan cendekia.
Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar bugar, muda belia, tua renta, gelap gulita, dan kering mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan ke dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi (dwilingga salin suara). Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia dan kering mersik tidak tampak sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua atau sebaliknya.

Menentukan Bentuk Dasar Kata Ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah dapat ditentukan  bentuk dasarnya. Misalnya:
-         rumah-rumah                                        : bentuk dasarnya rumah
-         perumahan-perumahan              : bentuk dasarnya perumahan
-         sakit-sakit                                             : bentuk dasarnya sakit
-         kebaikan-kebaikan                               : bentuk dasarnya kebaikan

Tetapi tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Dari pengamatan, dapat dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang.
1.    Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata. Dengan petunjuk ini, dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal berupa kata nominal, bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata verbal, baik kata kerja maupun kata sifat, berupa kata verbal, dan bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata bilangan juga berupa kata bilangan. Misalnya:
-         berkata-kata (kata kerja)                      : bentuk dasarnya berkata (kata kerja)
-         gunung-gunung (kata nominal)   : bentuk dasarnya gunung (kata nominal)
-         cepat-cepat (kata sifat)             : bentuk dasarnya cepat ( kata sifat)
-         sepuluh-sepuluh (kata bilangan) : bentuk dasarnya bilangan (kata bilangan)
-         pukul-memukul (kata kerja)                  : bentuk dasarnya memukul (kata kerja)
Namun demikian, ada juga pengulangan yang mengubah golongan kata, ialah pengulangan dengan se-nya, misalnya :
-         tinggi                : setinggi-tingginya
-         luas                  : seluas-luasnya
-         cepat                : secepat-cepatnya
-         jelek                 : sejelek-jeleknya

Kata-kata setinggi-tingginya, seluas-luasnya, secepat-cepatnya, dan sejelek-jeleknya termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan dalam satu klausa, sedangkan bentuk dasarnya, ialah tinggi, luas, cepat, dan jelek termasuk golongan kata sifat.
2.    Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya kata ulang mempertahan-tahankan. Bentuk dasarnya bukannya mempertahan, melainkan mempertahankan karena mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa. Demikian pula :
-         memperkata-katakan                : bentuk dasarnya memperkatakan bukan memperkata
-         mengata-ngatakan                     : bentuk dasarnya mengatakan bukan mengata
-         menyadar-nyadarkan                : bentuk dasarnya menyadarkan bukan menyadar
-         berdesak-desakan                    : bentuk dasarnya berdesakan bukan berdesak
Pada menulis-nuliskan terdapat dua kemungkinan. Bentuk dasarnya mungkin menulis, diulang menjadi menulis-nulis, kemudian mendapat afiks –kan menjadi menulis-nuliskan, atau mungkin pula kata itu terbentuk dari bentuk dasar menuliskan, diulang menjadi menulis-nuliskan.
Bentuk dasar bagi kata ulang penting sekali artinya bagi penentuan golongan pengulangan. Misalnya, jika kata kemerah-merahan dikatakan terbentuk dari bentuk dasar merah, maka pengulangan pada kata kemerah-merahan termasuk golongan pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, tetapi jika dikatakan terbentuk dari bentuk dasar kemerahan, maka pengulangannya termasuk golongan pengulangan sebagian.
Contoh lain, misalnya pengulangan pada kata minum-minuman. Jika kata ini dikatakan terbentuk dari bentuk dasar minum, maka pengulangannya termasuk golongan pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, tetapi jika dikatakan terbentuk dari bentuk dasar minuman, maka pengulangannya termasuk golongan pengulangan sebagian.

Macam-Macam Cara Pengulangan
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan :
1.    Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya:
-         sepeda                                     : sepeda-sepeda
-         kebaikan                                  : kebaikan-kebaikan
-         pembangunan                           : pembangunan-pembangunan
-         pengertian                                 : pengertian-pengertian

2.    Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Hampir semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks. Yang berupa bentuk tunggal hanyalah kata lelaki yang dibentuk dari bentuk dasar laki, tetamu yang dibentuk dari bentuk dasar tamu, beberapa yang dibentuk dari bentuk dasar berapa, pertama-tama yang dibentuk dari bentuk dasar pertama, dan segala-gala yang dibentuk dari bentuk dasar segala.
Kata pertama dan segala  merupakan bentuk tunggal karena dalam deretan morfologik tidak ada satuan yang lebih kecil dari kedua kata itu. Memang di samping kata pertama, ada kata utama, tetapi kedua kata itu tidak dapat dimasukkan dalam satu deretan morfologik. Meskipun keduanya mempunyai pertalian bentuk, ialah keduanya mengandung unsur tama, tetapi keduanya tidak memiliki pertalian arti sehingga kata pertama ditentukan sebagai satu morfem, kata utama sebagai satu morfem pula.
Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks, kemungkinan-kemungkinan bentuknya sebagai berikut :
a.    Bentuk meN-. Misalnya
mengambil               => mengambil-ambil
membaca                 => membaca-baca
menjalankan => menjalan-jalankan
mempertunjukkan    => mempertunjuk-tunjukkan
Pada kata meN- tidak diulang pada ambil yang kedua karena bentuk asal kata mengambil-ambil adalah ambil, berawal dengan vokal. Berbeda halnya dengan mengemas-ngemasi. Di sini, nasal morfem meN- diulang pada ngemasi karena bentuk asal mengemas-ngemasi berawal dengan konsonan. Bentuk asalnya bukan emas melainkan kemas.
b.    Bentuk  di – . Misalnya :
diusai                       => diusai-usai
ditarik                      => ditarik-tarik
dikemasi                  => dikemas-kemasi
ditanami                   => ditaman-tanami
c.    Bentuk ber–. Misalnya :
berjalan                   => berjalan-jalan
bermain                   => bermain-main
bersiap                    => bersiap-siap
berkata-kata            => berkata-kata
d.    Bentuk ter–. Misalnya :
terbatuk                   => terbatuk-batuk
terbetur                    => terbentur-bentur
tergoncang               => tergoncang-goncang
tersenyum                => tersenyum-senyum
e.    Bentuk ber –an. Misalnya :
berhamburan            => berhambur-hamburan
berjauhan                 => berjauh-jauhan
berdekatan              => berdekat-dekatan
berpukulan               => berpukul-pukulan
f.      Bentuk –an. Misalnya :
minuman                  => minum-minuman
tumbuhan                 => tumbuh- tumbuhan
karangan                  => karang-karangan
nyanyian                  => nyanyi-nyanyian
g.    Bentuk ke–. Misalnya :
kedua                      => kedua-dua
ketiga                      => ketiga-tiga
keempat                  => keempat-empat
kelima                      => kelima-lima
Pengulangan sebagian juga banyak terdapat dalam bahasa Indonesia. Dalam pengulangan sebagianada kecenderungan untuk hanya mengulang bentuk asalnya saja seperti contoh di atas.

3.    Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya kata ulang kereta-keretaan. Berdasarkan petunjuk penentuan bentuk dasar nomor 2, ialah bahwa bentuk dasar itu selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa, dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang kereta-keretaan dan bukan *keretaan, mengingat satuan *keretaan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa. Yang menjadi masalah, bagaimana proses terbentuknya bentuk dasar kereta menjadi kereta-keretaan.
Ada dua pilihan. Pilihan pertama ialah bentuk dasar kereta diulang menjadi kereta-kereta, l alu mendapat bubuhan afiks –an menjadi kereta-keretaan. Jadi , prosesnya sebagai berikut :
kereta         => kereta-kereta         => kereta-keretaan
Pilihan kedua ialah bentuk dasar kereta diulang dan mendapat bubuhan afiks –an. Jadi prosesnya :
kereta         => kereta-keretaan
Dari faktor arti, pilihan pertama tidak mungkin. Pengulangan bentuk dasar kereta  menjadi kereta-kereta menyatakan makna ‘banyak’, sedangkan pada kereta-keretaan bermakna ‘sesuatu yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Jelaslah bahwa satu-satunya kemungkinan ialah pilihan pertama : kata kereta-keretaan terbentuk dari bentuk dasar kereta yang diulang dan mendapat afiks –an
Beberapa contoh lain, misalnya :
anak                        => anak-anakan
rumah                      => rumah-rumahan
orang                       => orang-orangan
Pengulangan dan pembubuhan afiks pada bentuk dasarnya juga terjadi pada :
hitam                       => kehitam-hitaman
merah                      => kemerah-merahan
luas                          => seluas-luasnya
dalam                      => sedalam-dalamnya

4.    Pengulangan dengan perubahan fonem
Kata ulang yang termasuk golongan ini hanya sedikit. Disamping bolak-balik terdapat kata kebalikan, sebaliknya, dibalik, membalik. Dari perbandingan itu, dapat disimpulkan bahwa kata bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem, ialah dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.
Contoh lain misalnya :
gerak                       => gerak-gerik
robek                      => robak-rabik
serba                       => serba-serbi
Pada gerak-gerik terdapat perubahan fonem, dari fonem /a/ menjadi /i/; pada robak-rabik terdapat perubahan fonem /o/ menjadi /a/ dan fonem /e/ menjadi /a/ dan /i/; pada serba-serbi terdapat perubahan fonem /a/ menjadi /i/.
Perubahan fonem juga terdapat pada perubahan fonem konsonan. Misalnya :
lauk                         => lauk-pauk
ramah                      => ramah-tamah
sayur                       => sayur-mayur

Makna dalam Proses Pengulangan
Proses pengulangan ada yang berfungsi mengubah golongan kata, ada yang tidak. Pada kata ulang seperti cetak-mencetak, potong-memotong, jilid-menjilid, proses pengulangan mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata nominal dari kata kerja, dan pada kata ulang secepat-cepatnya, serajin-rajinnya, setinggi-tingginya, proses pengulangan berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan dari kata sifat, tetapi pada kata ulang seperti bintang-bintangan, anak-anakan, memukul-mukul, pandang-memandang, proses pengulangan tidak mengubah golongan kata.
Proses pengulangan menyatakan beberapa makna :
1.    Menyatakan makna ‘banyak’.
Kita bandingkan kata rumah dengan kata rumah-rumah dalam kalimat dibawah ini. :
 Rumah itu sudah sangat tua.
Rumah-rumah itu sudah sangat tua.
Kata rumah dalam kalimat Rumah itu sudah sangat tua menyatakan ‘sebuah rumah’, sedangkan kalimat Rumah-rumah itu sudah sangat tua menyatakan ‘banyak rumah’.
Contoh lain :     binatang-binatang                      : ‘banyak binatang’
                        kunjungan-kunjungan                : ‘banyak kunjungan’
                        penyakit-penyakit                     : ‘banyak penyakit’
Makna ‘banyak’ tidak selalu dinyatakan dengan pengulangan. Misalnya dalam kalimat.
Beberapa orang anggota DPR mengadakan peninjauan terhadap pembangunan rumah penduduk.
Rumah penduduk banyak yang rusak akibat claret tahun.
Kata rumah sudah menunjuk makna ‘banyak’ sehingga kata itu tidak perlu diulang menjadi rumah-rumah.

2.    Menyatakan makna ‘banyak’.
Berbeda dengan sebelumnya, di sini makna ‘banyak’ itu tidak berhubungan dengan bentuk dasar, melainkan berhubungan dengan kata yang “diterangkan”. Kata yang “diterangkan” itu pada tataran frase menduduki fungsi sebagai unsur pusat, misalnya kata rumah dalam frase rumah besar-besar, dan pada tataran klausa menduduki fungsi sebagai subyek, misalnya kata rumah dalam klausa rumah itu besar-besar. Pengulangan pada kata besar-besar itu menyatakan makna ‘banyak’ bagi kata yang “diterangkan”, dalam hal ini yaitu kata rumah.
Contoh lain, misalnya:     
Mahasiswa yang pandai-pandai mendapat beasiswa.
Pohon yang rindang-rindang itu pohon beringin.

3.    Menyatakan makna ‘tak bersyarat’.
Jika tidak hujan, saya akan datang.
“kedatangan saya” mempunyai syarat, ialah apabila tidak hujan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata jika dalam kalimat ituka menyatan makna ‘syarat’. Sebaliknya, dalam kalimat
 Meskipun hujan, saya akan datang
“Kedatangan saya” tidak bersyarat. Demikianlah kata meskipun menyatakan makna tak bersyarat.
Jambu-jambu mentah dimakannya.
Pengulangan pada kata jambu dapat digantikan dengan kata meskipun. Sehingga menjadi
Meskipun jambu mentah, dimakannya.
Pengulangan pada kata jambu menyatakan makna yang sama dengan makna yang dinyatakan oleh kata meskipun, ialah makna ‘tak bersyarat’.Contoh lain, misalnya:           
Duri-duri diterjang             : ‘meskipun duri diterjang’
Darah-darah diminum                    : ‘meskipun darah diminum’

4.    Menyatakan makna ‘yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’.  Dalam hal ini proses pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks –an. Misalnya:
rumah-rumahan                              : ‘yang menyerupai rumah’
anak-anakan                                  : ‘yang menyerupai anak’
     Makna ‘menyerupai’ itu terdapat juga pada kata-kata ulang seperti:
kewanita-wanitaan             : ‘menyerupai wanita’
kemuda-mudaan                            : ‘menyerupai (anak) muda’
kekanak-kanakan                          : ‘menyerupai anak’

5.    Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang’. Misalnya:
berteriak-teriak                              : ‘berteriak berkali-kali’
memukul-mukul                             : ‘memukul berkali-kali’
menyobek-nyobek             : ‘menyobek berkali-kali’
memanggil-manggil             : ‘memanggil berkali-kali’
6.    Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan enaknya, dengan santainya, atau dengan senangnya’. Misalnya:
Seluruh anggota keluarga duduk-duduk di teras muka.
Pengulangan pada kata duduk-duduk dalam kalimat itu menyatakan bahwa ‘perbuatan itu dilakukan dengan enaknya, dengan santainya, dengan senangnya, lagipula perbuatan itu dilakukan tanpa tujuan yang tentu’.
Contoh lain:      berjalan-jalan                : ‘berjalan dengan santainya’
                        makan-makan               : ‘makan dengan santainya’

7.    Menyatakan bahwa ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai’. Dengan kata lain, pengulangan itu menyatakan makna ‘saling’. Misalnya:      
pukul-memukul                              : ‘saling memukul’
pandang memandang                     : ‘saling memandang’
dorong-mendorong                        : ‘ saling mendorong’
Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks ber –an ada juga yang menyatakan makna ‘saling’. Misalnya:   
berpandang-pandangan      : ‘saling memandang’
berkirim-kiriman (surat)     : ‘saling berkirim’ (surat)

8.    Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya:        
jahit-menjahit         : ‘hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan menjahit’
masak-memasak    : ‘hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan memasak’
cetak-mencetak     : ‘hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan mencetak’

9.    Menyatakan makna ‘agak’.
Bajunya kehijau-hijauan.
Sebenarnya ‘baju’ itu tidak benar-benar hijau, melainkan hanya tampak agak atau sedikit hijau. Demikianlah, pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks ke –an pada kata kehijau-hijauan menyatakan makna ‘agak’ atau ‘sedikit’.
Contoh lain:            
kemerah-merahan              : ‘agak merah’
kebiru-biruan         : ‘agak biru’

10.    Menyatakan makna ‘tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai’. Dalam hal ini pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks se –nya. Misalnya:
sepenuh-penuhnya               : ‘tingkat penuh yang paling tinggi yang dapat dicapai ;             sepenuh mungkin’
serajin-rajinnya                  : ‘tingkat rajin yang paling tinggi yang dapat dicapai ; serajin mungkin’
sekuat-kuatnya                  : ‘tingkat kuat yang paling tinggi yang dapat dicapai ’ sekuat mungkin’

11.     Selain makna-makna di atas, terdapat juga proses pengulangan yang sebenarnya tidak mnengubah arti bentuk dasarnya, melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan. Kita bandingkan, kata mengharapkan dengan mengharap-harapkan, membedakan dengan membeda-bedakan, berlarian dengan berlari-larian.
                       


PENUTUP

Dari penjelasan reduplikasi yang dibahas pada bab sebelumnya, dapat kita simpulkan sebagai berikut.
1.      Reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagian nya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
2.      Pembagian reduplikasi atau proses pengulangan terdiri dari reduplikasi  fonologi, reduplikasi  sintaksis dan reduplikasi  semantik.
3.      Menentukan bentuk dasar kata ulang dapat dilakukan dengan menggunakan dua petunjuk, yaitu : (1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata; (2) Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
4.      Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem.
5.      Proses pengulangan menyatakan beberapa makna antara lain menyatakan makna banyak, tak bersyarat, menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar, perbuatan pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang, perbuatan yang dilakukan dengan dengan santainya, perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai, hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar, bermakna agak, menyatakan makna tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai,  serta terdapat juga proses pengulangan yang sebenarnya tidak mengubah arti bentuk dasarnya, melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan.

Makalah dengan judul “Reduplikasi dalam Bahasa Indonesia” ini masih serba terbatas. Oleh sebab itu, di sarankan kepada semua pihak untuk mengembangkan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.  2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Ramlan, M. 1983. Morfologi S

Search This Blog